Rabu, 05 Desember 2018

Tradisi Petik Laut Desa Muncar

Hay Sobat apa Kabar kalian Para Pembaca Saya akan share Budaya di Daerah saya yaitu desa Muncar yang ada di selatan bagian timur Banyuwangi. Dalam tiap bulan Muharam atau Syuro dalam penanggalan Jawa, bukan hanya petani, nelayan pun menggelar ritual untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan. Waktu pelaksanaan petik laut tiap tahun berubah karena berdasarkan penanggalan Qamariah dan kesepakatan pihak nelayan. Biasanya digelar saat bulan purnama, karena nelayan tidak melaut, mengingat pada saat itu terjadi air laut pasang. Para nelayan yang sebagian besar sengaja tidak melaut, juga banyak yang mengecat perahu dan kapalnya. Berbagai aksesori dipajang, termasuk menambah sound system. “Setiap petik laut kapal harus tampak baru, karena tahun baru dan semangat baru,” cetus Sugeng, 43, salah satu nelayan yang tinggal di pantai Satelit, Dusun Palurejo, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar. Bukan hanya para nelayan yang sibuk mempersiapkan upacara ritual petik laut, panitia juga mulai mempersiapkan sesaji yang akan dilarang dalam ritual petik laut itu. Gitik sesaji itu dibuat dari kayu yang menyerupasi perahu nelayan. “Gilik sesaji dibuat secara swadaya dan habis Rp. 1 juta lebih,” 


Nah Begitu Penjelasan singkat tentang petik laut desa muncar yang banyak wisatawan yang sering datang ke muncar untuk melihat tradisi tahunan ini sobat jika kalian tertarik maka kesinilah anda bisa melihat gratis dan bisa ikut petik laut di tengah laut memakai perahu nelayan yang sudah di sediakan panitia ini gratis loh gak ada biaya sepeser pun karena untuk memeriahkan hal ini nelayan rela untuk menyisikan uang untuk dana hias kapal mereka hehe



Sebelum diberangkatkan, kepala daerah diwajibkan memasang pancing emas di lidah kepala kambing. Ini simbol permohonan nelayan agar diberi hasil ikan melimpah. Menjelang tengah hari, iring-iringan perahu bergerak ke laut. Bunyi mesin diesel menderu membelah ombak. Suara gemuruh lewat sound-system menggema di tiap perahu.Dari kejauhan barisan perahu berukuran besar bergerak kencang. Hiasan umbul-umbul berkibar menambah suasana makin sakral. Begitu padatnya perahu yang bergerak, sempat terjadi beberapa kali tabrakan kecil.Iring-iringan berakhir di sebuah lokasi berair tenang, dekat semenanjung Sembulungan. Kawasan ini sering disebut Plawangan. Seluruh perahu berhenti sejenak. Dipimpin sesepuh nelayan, sesaji pelan-pelan diturunkan dari perahu. Teriakan syukur menggema begitu sesaji jatuh dan tenggelam ditelan ombak.Begitu sesaji tenggelam, para nelayan berebut menceburkan diri ke laut. Mereka berebut mendapatkan sesaji. Nelayan juga menyiramkan air yang dilewati sesaji ke seluruh badan perahu. "Kami percaya air ini menjadi pembersih malapetaka dan diberkati ketika melaut nanti," kata Mat Roji, sesepuh nelayan Muncar.

Sekian Dulu share tradisi desa saya ini jika ada tutur kata pembaca yang salah Penulis mohon maaf silakan anda datang pas tanggal Acara "Petik Laut" Mari Meriahkan Tradisi nenek moyang ini jangan sampai lekang oleh jaman yang sudah modern ini. Terimaksih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berpetualang Di Alas Purwo

Cerita Tentang Alas Purwo di Banyuwangi adalah alas atau hutan yang memiliki luas sebesar 434 km. merupakan salah satu taman nasional t...